My Followers

Ads

Dec 5, 2008

Tragedi Mumbai Dikecam, Bagaimana Pembantaian 2,000 Muslim Gujerat?








Telefon berdering dari Hotel Oberoi Triden yang diduga berasal dari pelaku penyerangan Mumbai. Sang penelefon menyampaikan kepada sebuah channel berita di India pertanyaan: “Kita cinta negara ini sebagai negara kami sendiri, akan tetapi ketika ibu-ibu dan saudara-saudara kami dibunuh, dimana semua orang?”
Krisis Mumbai berakhir. Pihak keamanan India mengumumkan krisis yang dimulai pada Rabu 26 November malam itu, menelan korban tewas tercatat 195 orang dan 295 orang lainnya cedera parah. Tercatat 26 warga asing tewas, 8 diantaranya warga Israel. Serangan terhadap kota kelahiran perfileman India yang dikenal dengan Bollywood memang menarik perhatian masyarakat dunia. Seruan memerangi terorisme pun kembali dilaungkan oleh Amerika Syarikat. Pemimpin negara lain yang menjadi konco-konconya pun mengaminkan.
Meskipun telah berakhir, misteri siapa sebenarnya pelaku serangan ini belum terungkap. Awalnya kelompok yang sebelumnya tidak dikenal Deccan Mujahidin dituding sebagai pelaku. Tuduhan kemudian berkembang kepada kelompok mujahidin Kashmir, Pejabat lembaga Anti-teroris AS menuding militan Kashmir yang dikenal sebagai Lashkar-e-Taiba sebagai dalang aksi berdarah tersebut. “Beberapa hal telah dipelajari dan menunjukan adanya kaitan dengan jaringan Kashmir, kata pejabat yang enggan disebutkan namanya tersebut, seperti dikutip AFP, Sabtu (29/11/2008).
Pihak militer India menyatakan kelompok militan yang menyerang beberapa tempat di Mumbai berasal dari Pakistan. “Mereka berasal dari seberang perbatasan, mungkin dari Faridkot, Pakisktan. Mereka berpura-pura berasal dari Hyderabad, “ kata Mayor General R. K. Hooda yang memimpin operasi ketenteraan. Perdana Menteri India Manmohan Singh sebelumnya telah mengatakan para militan itu berasal dari luar negeri yakni Pakistan.
Hingga saat ini belum ada laporan final yang memastikan siapa pelaku serangan Mumbai. Banyak pihak yang menyatakan terlampau awal untuk mengatakan siapa pelaku sebenarnya. Naib Canselor Pengajian Islam di universiti Islam New Delhi, Zubeir Ahmed Farouqi, mengatakan, masih terlalu awal untuk menentukan kelompok pelaku dibalik serangan bom Mumbai, apalagi kelompok “Deccan Mujahidin” yang menyatakan bertanggungjawab tidak dikenal sebelumnya di India dan menteri keamanan India masih belum melakukan investigasi.
Pemred media India, Milli Gazette, Dhaffar Islam Khan, dalam wawancara khusus dengan Aljazeera pada 28/11, mengatakan masih terlalu awal untuk menentukan siapa kelompok pelaku dibalik aksi peledakan bom Mumbai. Menurut Dhaffar Islam Khan, aksi bom dan serangan Mumbai sangat besar sehingga diragukan kemungkinan keterlibatan kelompok muslim India atau badan-badan Islam tertentu sebagai kelompok pelaku, apalagi sampai saat ini belum pernah ada kelompok Islam di india yang telah dihukum dengan pengadilan bersalah kerana terlibat kegiatan terror.
Farrukh Saleem dalam analisisnya mengingatkan bahawa di India banyak sekali kelompok-kelompok yang sering dituduh militan. Dalam lima dekad terakhir di India tumbuh tiga jenis kelompok militan: ekstrimis sayap kiri, seperatis dan agama. Ekstrimis sayap kiri yang telah melakukan beberapa tindakan teror antara lain People’s Guerrilla Army, People’s War Group, Moist Communist Centre, Communist Party of India-Maoist dan Communist Party of India Janashakti. Sementara di wilayah Assam terdapat lebih kurang 35 kelompok seperatis. (http://thenews.jang.com.pk.../)
Menurutnya, tahun 2006 saja terdapat sekitar 2,765 orang yang terbunuh akibat kekerasan yang berhubungan dengan tindakan terror. Dari jumlah itu 41% kehilangan nyawanya di Jammu dan Kashmir, 27% akibat kelompok sayap kiri, 23% akibat kekacauan/pemberontakan dan 10% dari kelompok militan yang berbasis agama. Kerana itu, siapa yang menjadi pelaku , banyak kemungkinan.
Yang jelas siapapun pelakunya, seringkali tindakan kekerasan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok bersenjata muncul sebagai reaksi dari kekerasan dan ketidakadilan yang dilakukan negara. Aryn Baker dalam Time (Kamis , 27 November 2008) mengingatkan hal ini. Menurutnya, krisis Mumbai tidak bisa dipisahkan dari ketidakadilan yang dirasakan muslim minoriti India termasuk masalah Khasmir. Muslim India yang jumlah 13.4% dari jumlah India seringkali diperlakukan secara tidak adil oleh pemerintah India yang majoriti beragama Hindu (80%).
Sebahagian besar muslim India hidup tidak sejahtera, mendapat pelayanan kesihatan yang buruk, tingkat buta huruf yang tinggi, dan umumnya dibayar dengan gaji yang rendah. Keadaan ini, menurutnya, diperparah dengan rusuhan di Gujerat tahun 2002 yang menewaskan lebih kurang 2,000 orang yang sebahagian besarnya adalah muslim.
Yang perlu dicermati, krisis Mumbai digunakan untuk kepentingan negara-negara besar dalam agenda perang melawan terorisme. Apalagi Obama presiden terpilih AS secara terbuka mengatakan bahawa wilayah Pakistan, Afghanistan (yang berdekatan dengan India) akan menjadi wilayah garis terdepan bagi AS untuk memerangi terorisme. Krisis Mumbai sangat mungkin dijadikan oleh negara Super Power itu untuk mengukuhkan kepemimpinannya di wilayah itu atas nama perang melawan terorisme.
Boleh jadi , bukan sebuah kebetulan kalau Obama menunjuk Sonal Shah sebagai salah seorang penasihatnya. Shah dikenal sebagai koordinator Vishwa Hari Parishad (VHP) Amerika. Berdasarkan the Daily Times Pakistan, VHP dan sayap pelajarnya Bajrang Dal dipercaya telah terlibat dalam pembantaian lebih 2000 Muslim di Gujerat.
Peristiwa ini juga sepertinya akan benar-benar dimanfaatkan oleh pemerintah boneka AS di Pakistan dan Afghanistan untuk memperkuat posisi mereka. Peristiwa Mumbai memperkuat legitimasi memerangi pejuang Islam atas nama war on terrorism. Padahal pejuang Islam itu sebenarnya rakyat mereka sendiri yang berjuang melawan penjajahan AS di kawasan itu. Pejuang Islam Khasmir yang ingin membebaskan diri dari penjajahan India pun akan semakin disudutkan dengan julukan teroris. Pemerintah India, Pakistan, dan Afghanistan hanya akan mengukuhkan strategi AS untuk membendung kelompok perlawanan Islam yang dituduh teroris.
‘Ala kulli hal , Kita tentu mengecam setiap pembunuhan terhadap rakyat sivil yang tidak berdosa. Hanya saja adalah tidak tepat dan tidak adil kalau menyatakan gerakan perlawanan terhadap penjajahan sebagai tindakan terorisme. Adalah tidak adil mengecap Hamas, pejuang mujahidin Iraq, pejuang Afghanistan, termasuk pejuang Kashmir sebagai teroris. Padahal yang mereka lakukan adalah membebaskan umat Islam dari penjajahan asing. Sama halnya saat para pahlawan kita saat berjuang mengusir Portugis,Jepun dan British, meskipun harus berperang dan membunuh, mereka tidak boleh digelar sebagai teroris. Mereka adalah pahlawan yang tidak sudi tanah airnya dijajah oleh musuh.
Disamping itu, mengecam krisis Mumbai tapi tampaknya cenderung diam terhadap pembantaian 2,000 umat Islam di Gujarat, tentu saja adalah kejahatan kemanusiaan. Termasuk diam menyaksikan pesawat-pesawat tempur AS membunuh ribuan orang rakyat sivil yang tidak bersalah di Afghanistan dan Pakistan. Atau diam terhadap terbunuhnya hampir 1 juta rakyat sivil di Iraq akibat pendudukan AS, diam terhadap pembantaian sistematik yang dilakukan Israel di Palestin. Diam saat korbannya umat Islam adalah kejahatan kemanusiaan yang luar biasa.
Derita Muslim Minoriti India
Telefon berdiri dari Hotel Oberoi Triden yang diduga berasal dari pelaku penyerangan Mumbai. Sang penelefon menyampaikan kepada sebuah channel berita di India pertanyaan: “Kita cinta negara ini sebagai negara kami sendiri, akan tetapi ketika ibu-ibu dan saudara-saudara kami dibunuh, dimana semua orang?”
• Penghancuran Masjid Babri di Ayodhya oleh militan Hindu pada 1992. Penghancuran ini telah memicu tewasnya ribuan kaum Muslim yang dengan gagah berani berusaha mempertahankan masjid Allah tersebut.
• Februari 2002, gerombolan orang-orang Hindu membunuh sedikitnya 2000 Muslim di seluruh Gujarat. Mayat yang hangus terbakar dan beberapa orang Muslim yang selamat dengan terluka, membuktikan bahawa orang Muslim dibakar hidup-hidup secara sistematik dan terancang oleh orang Hindu. Diduga pemerintah India terlibat dalam pembantai umat Islam ini
• Organisasi pemantau hak asasi manusia Human Right Watch (HRW) menyatakan, sekitar 100 warga Muslim ditangkap oleh polis India pasca peristiwa ledakan bom di kota Hyderabad yang terjadi pada bulan Mei dan bulan Ogos 2007. Para tahanan Muslim itu disuruh telanjang, dipukul, digantung dengan posisi kepala di bawah, dan diancam dengan cara menyiksa perempuan yang menjadi tahanan.
• Komite Solidariti Muslim Kashmir menginformasi dari berbagai sumber daftar kejahatan India sejak Januari 1990 hingga Disember 1998. Sebanyak 63,275 orang syahid dibunuh antara lain dengan dituangi timah panas; 775 ahli politik, ulama dan Imam Masjid dibinasakan; 81,161 dihunjamkan ke penjara tanpa pengadilan
• Menghentikan pendidikan Al Qur’an dan bahasa Arab di sekolah negeri dan digantikan dengan bahasa India



Sumber: mykhilafah.com

0 comments:

Related Posts with Thumbnails

About Me

My photo
"You can say anything about me, as you please, but I am what I am, and that's something you can never be."